Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

      Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Denpasar

berakhlak bangga melayani bangsa

  •   Senin, 02 Juni 2025

Hidup Bersama Orang dengan Pengobatan TBC


dr.Ni Wayan Mega Sri Wahyuni, M.Kes

TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Saat ini, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak kedua setelah India. Stigma masyarakat terhadap TBC dapat dikurangi dengan meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai cara mencegah penularan penyakit ini. Studi yang dilakukan diberbagai tempat mengungkapkan bahwa 42%-82% penderita TBC mengalami stigma. Edukasi bahwa penyakit ini dapat disembuhkan, harus sering disosialisasikan. Hal ini dapat secara signifikan menurunkan kasus TBC, dengan semakin terpeliharanya penderita dan terputusnya rantai penularan penyakit ini. Penyakit ini dapat ditularkan pada semua usia. Siapa saja yang berada di dekat orang yang terinfeksi TBC berisiko tertular. Namun, kelompok yang paling berisiko adalah anak-anak, penderita HIV/AIDS, lansia,penderita Diabetes Melitus (DM), orang yang sering kontak langsung dengan penderita TBC, serta perokok aktif. Penyakit ini dapat menyerang organ – organ lain, bukan hanya mengenai paru-paru namun dapat mengenai organ seperti tulang dan kelenjar. Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama pada individu dengan daya tahan tubuh yang menurun. Selain itu risiko penularan TBC juga cukup besar pada orang yang tinggal di tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan, misalnya lingkungan padat dan kumuh, tempat pendidikan dengan asrama, rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan.

Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencegah penularan TBC saat hidup bersama penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan, antara lain : Memastikan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat secara teratur (minimal 6 bulan) untuk mengurangi jumlah bakteri. Memakai masker : Pasien TBC harus memakai masker, terutama saat berada di ruang bersama. Mempertahankan ventilasi (pertukaran) udara yang baik di dalam rumah. Menjaga jarak fisik, khususnya saat pasien batuk atau bersin (penggunaan masker oleh pasien sangat dianjurkan). Mencuci tangan secara rutin setelah kontak dengan penderita atau permukaan yang terkontaminasi. Mempertimbangkan penggunaan penyaring udara atau sinar ultraviolet. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin bagi anggota keluarga. Memelihara kebersihan sistem pendingin ruangan (AC) secara berkala. Dengan memahami langkah-langkah ini, kita dapat berperan aktif dalam mensukseskan program pemerintah dengan tercapainya eliminasi TBC di tahun 2030 dan Indonesia bebas TBC tahun 2050.

(Dalam rangka memperingati Hari TB sedunia, 24 Maret 2025)

Berita Lainnya

end_script -->
Skip to content