Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

      Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Denpasar

berakhlak bangga melayani bangsa

  •   Kamis, 21 November 2024

Tikus di Kapal: Sejarah Penyebaran dan Cara Pencegahannya


Tikus telah menjadi ancaman bagi kehidupan di laut sejak kapal pertama berlayar di perairan. Mereka tidak hanya menjadi masalah bagi sanitasi dan kesehatan, tetapi juga berperan dalam penyebaran penyakit berbahaya di seluruh dunia, terutama melalui perdagangan laut.

Bagaimana Tikus Bisa Berada di Kapal?

Tikus adalah hewan yang sangat adaptif dan oportunistik. Mereka sering kali dapat masuk ke dalam kapal melalui berbagai cara, antara lain:

  1. Memasuki Kapal di Pelabuhan: Tikus sering kali bersembunyi di muatan yang diangkut ke kapal. Mereka bisa masuk ke kapal melalui barang-barang seperti kontainer, kotak kayu, dan palet. Pelabuhan yang padat menyediakan akses mudah bagi tikus untuk naik ke kapal.
  2. Menggunakan Tali Tambatan (Mooring Lines): Tali besar yang mengikat kapal ke dermaga adalah jalur umum bagi tikus untuk mencapai kapal. Mereka memanjat tali tambatan dan masuk ke kapal, terutama jika tali-tali tersebut tidak dilengkapi dengan alat penghalang khusus.
  3. Keretakan atau Lubang pada Struktur Kapal: Tikus dapat mengeksploitasi celah kecil atau kerusakan pada kapal untuk masuk ke dalamnya. Kondisi ini sering terjadi pada kapal tua atau kapal yang kurang dirawat.
  4. Penyimpanan Barang yang Tidak Aman: Penyimpanan makanan atau barang yang tidak tertutup rapat dapat menarik tikus, yang kemudian masuk ke kapal untuk mencari sumber makanan.

Sejarah Penyebaran Tikus Melalui Kapal

Sejak zaman kuno, kapal-kapal perdagangan telah menjadi sarana utama penyebaran tikus di seluruh dunia. Salah satu contoh paling terkenal dari penyebaran penyakit melalui tikus di kapal adalah Wabah Hitam (Bubonic Plague) pada abad ke-14.  Wabah tersebut merupakan pandemi yang menghancurkan Eropa antara tahun 1347 dan 1351, yang mengakibatkan jumlah korban jiwa yang jauh lebih besar daripada epidemi atau perang lain yang diketahui hingga saat itu. Wabah itu secara luas disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis yang menyebar melalui pinjal pada tikus yang naik dan ikut terbawa berlayar dalam kapal dagang dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa melalui jalur perdagangan laut.

Di masa kolonial, tikus menyebar ke banyak pulau terpencil dan daerah pesisir yang sebelumnya bebas tikus melalui kapal-kapal Eropa. Spesies tikus seperti Rattus rattus (tikus rumah hitam) dan Rattus norvegicus (tikus coklat) menjadi salah satu spesies invasif yang tersebar luas, berkontribusi terhadap penurunan populasi satwa liar lokal dan penyebaran penyakit.

Pencegahan Agar Tikus Tidak Masuk ke Kapal

Pencegahan terhadap masuknya tikus ke kapal sangat penting untuk menjaga kesehatan awak kapal serta mencegah kerugian ekonomi akibat kerusakan yang disebabkan oleh tikus. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa diambil:

  1. Penggunaan Alat Penghalang Tikus (Rat Guards) di Tali Tambatan:

    • Memasang rat guards, yaitu perangkat berbentuk cakram atau kerucut yang dipasang pada tali tambatan kapal, dapat mencegah tikus memanjat ke kapal dari dermaga. Alat ini sangat efektif karena tikus tidak dapat melewati permukaan licin dan curam dari alat ini.
  2. Pengendalian Sanitasi dan Penyimpanan Makanan:

    • Pastikan semua bahan makanan dan air disimpan dalam wadah kedap udara. Hindari meninggalkan makanan atau sampah terbuka di kapal. Tikus tertarik ke sumber makanan yang mudah diakses.
    • Tempat sampah harus memiliki penutup yang rapat dan harus dibuang secara teratur, terutama sebelum berangkat dari pelabuhan.
  3. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kapal:

    • Lakukan inspeksi rutin untuk mencari keretakan, lubang, atau kerusakan pada badan kapal yang bisa menjadi pintu masuk bagi tikus. Kapal tua dan kapal yang sering dipakai memerlukan pemeliharaan lebih intensif.
    • Area gelap dan lembab, seperti ruang mesin, dan penyimpanan, harus diperiksa secara berkala karena tikus sering kali membuat sarang di tempat-tempat tersembunyi.
  4. Penggunaan Jasa Pengendalian Hama Profesional:

    • Pada kapal besar atau kapal kargo, sangat penting untuk bekerja sama dengan penyedia jasa pengendalian hama profesional. Mereka dapat melakukan inspeksi menyeluruh, memasang perangkap tikus, dan memberikan rekomendasi khusus berdasarkan jenis kapal dan rute pelayarannya.
  5. Edukasi Awak Kapal:

    • ABK perlu diberikan pelatihan tentang bahaya tikus dan bagaimana cara mengenali tanda-tanda infestasi. Mereka juga harus mengetahui cara-cara untuk menjaga kebersihan dan mencegah masuknya tikus, seperti menutup celah atau lubang kecil yang ditemukan.
  6. Penggunaan Fumigasi:

    • Untuk kapal yang sudah terinfestasi tikus, fumigasi bisa menjadi pilihan untuk menghilangkan hama secara menyeluruh. Namun, ini harus dilakukan oleh tenaga profesional yang bersertifikat karena penggunaan bahan kimia yang berpotensi berbahaya.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan edukasi yang memadai, ancaman tikus di kapal dapat diminimalisir, melindungi kesehatan ABK serta mencegah penyebaran penyakit berbahaya.(FJR)

Referensi

  1. Davis, D. E. (1953). The Characteristics of Rat Populations. Quarterly Review of Biology, 28(4), 373–389.

  2. Pimentel, D., Lach, L., Zuniga, R., & Morrison, D. (2000). Environmental and Economic Costs of Nonindigenous Species in the United States. BioScience, 50(1), 53–65.

  3. Desowitz, R. S. (1981). New Guinea Tapeworms and Jewish Grandmothers: Tales of Parasites and People. W.W. Norton & Company.

  4. Roberts, L. S., & Janovy, J. (2000). Foundations of Parasitology (6th ed.). McGraw-Hill Higher Education.

  5. Gratz, N. G. (1994). Rodents as carriers of diseases. WHO.

Berita Lainnya

end_script -->
Skip to content